Sudahkah
Penyakit Lama Bermetamorfosis?
Maraknya berita-berita seantero terkait kasus yang
menimpa artis-artis ibukota dengan berbagai kelakuannya membuat negeri ini ikut
prihatin. Kasus yang menghinggapi artis tampan Eza Gionino yang didakwa telah
melakukan tindak kekerasan terhadap mantan kekasihnya Ardina Rasti. Paling
menggemparkan publik diantaranya penggrebekan rumah artis oleh Badan Narkotika
Nasional yang dicurigai sedang mengadakan pesta narkoba. Ironis memang, dengan
wajahnya yang setiap hari mewarnai layar kaca. Mereka memiliki muka yang bisa dibilang
“dua”, tak berlaku lagi stereotipe bahwa karakternya di televisi tak menjamin
personalnya dikehidupan sehari-hari. Masihkah orang percaya akan stereotipe?
Bobroknya negeri ini, setiap hari
hanya kasus kriminal yang mengisi layar televisi. Belum lagi berita genangan
air dimana-mana. Utamanya di ibukota. Dua hal tersebut sudah bisa menggambarkan
betapa banyak ‘PR’ yang harus dikerjakan oleh kita. Kompleksnya masalah yang menerpa bukan tanpa
sebab yang sederhana melainkan sangat rumit. Seberapa rumitnya sehingga tak
bisa lagi melihat tanah pijakan bahkan menggali akar permasalahan , sebab pohon
yang tertancap sudah mengakar kuat dan menjalar. Bukan untuk dielak melainkan
dapat didefinisikan bahwa kebiasaan lama bisa saja menjadi budaya yang kuat.
Lagi-lagi budaya yang disebut. Sebenarnya rancu apabila dibilang budaya, lebih
tepatnya penyakit lama yang menjangkit masyarakat. Tak kenal kelas sosial
bahkan seorang pemimpin bisa tertular. Kemudian, penyakit lama ini justru
sering disalah kaprahkan dengan budaya. Padahal suatu budaya hendaknya dilestarikan.
Tapi budaya pada hal ini harus dibasmi
bahkan dimusnahkan tak bersisa kemudian apakah kata “budaya” bisa untuk bahasa sindiran?
Negeri Indonesia memang kaya akan
budaya. Sekarang, yang dikenal Indonesia tidak hanya budaya yang positif
seperti budaya sopan santun,adat,dll. Tetapi, budaya anak muda-pun turut
meramaikan. Pergaulan bebas dan narkoba memimpin ironisme anak muda pada masa
kini. Dikondisi negara yang sudah
merdeka masih hidup penyakit-penyakit lama maupun baru. Kasus kekerasan yang
diwakili oleh penganiayaan seorang artis membuktikan bahwa pergaulan bebas
tanpa norma disini terlibat. Kemudian
kinerja BNN dalam membongkar sindikat narkoba. Itu baru sedikit bukti yang
memperlihatkan bahwa anak muda masih ada yang tercebur kedalam dunia narkoba. Di
luar sana bisa dimungkinkan masih banyak anak-anak bangsa yang larut dalam
pembodohan pergaulan bebas dan narkotika.
Menengok kembali kelakuan-kelakuan
bodoh yang dilakukan masyarakat pada zaman dahulu. Masih mengenal ronggeng,
judi, dan pemikiran masyarakat lampau dengan pendidikan yang rendah. Seperti
pada cerita Karyamin dan teman-temannya dimana perjudian menjadi kebiasaan,
memikirkan hal-hal yang tak pantas dipikirkan oleh laki-laki terhadap seorang
wanita . Ini dilatarbelakangi karena pada masa dahulu pendidikan masih rendah. Sekarang,
sekolah-sekolah unggul menjamur. Tingkat pendidikan lebih baik. Banyak lulusan
sarjana yang hidup sukses kaya raya. Penyakit lama perjudian , lokalisasi, dan
mengonsumsi obat terlarang telah bermetamorfosis menjadi penyakit baru yaitu
pergaulan bebas dan narkoba. Secepatnya,
kita harus berani menggali akar-akar permasalahan. Memperbaiki dan mencegah
jiwa para pemuda agar mereka hidup dengan aman tidak dijajah pergaulan bebas
dan bayangan narkoba.
Orang
Tua juga Ikut Terlibat
Keluaga merupakan agen sosialisasi yang pertama pada
seorang anak. Anak menerima pemahaman norma maupun nilai dari orang tuanya,
mana yang baik dan buruk harus bisa selektif dalam bergaul. Kedua, peran
keluarga dalam pengendalian preventif terhadap pergaulan bebas dan narkoba
dianggap strategis karena frekuensi penanaman nilai didalam suatu keluarga
lebih banyak dan lebih mudah diterima oleh anak. Dalam kasus narkoba yang
terjadi pada anak kebanyakan didukung oleh kondisi keluarga yang bersangkutan.
Keluarga harus mampu menciptakan suasana yang harmoni dan membuat anak nyaman
didalamnya. Sebab, istilah broken home
dan sikap tak terbuka membuat anak akan merasa tak bernilai dimata keluarga dan
berusaha mencari kebahagiaan instan dengan bermain dengan narkoba.
Pendidikan
Karakter di Institusi Pendidikan
Pada
suatu institusi biasanya terikat dengan peraturan yang mutlak. Misalnya di
sekolah, siswa dituntut untuk mematuhi tata tertib yang berlaku. Mengharuskan
siswa di dalamnya bebas rokok dan narkoba. Melalui peraturan ini, akan membantu
dalam program anti narkoba pada kalangan remaja, Selain itu, kegiatan
ekstrakurikuler juga berpengaruh terhadap aktivitas siswa. Melalui kegiatan
ini, siswa dapat melakukan kegiatan positif.
Kekhawatiran orang tua akan anaknya
pada saat ini semakin meningkat. Banyak kasus-kasus pergaulan bebas yang justru
terjadi di sekolah-sekolah unggul dan metropolitan. Kemudian pergaulan bebas bermuara pada
penyalahgunaan narkoba. Untuk meminialis hal tersebut, organisasi sekolah
berperan penting. Ikut serta dalam aktivitas organisasi seain menambah skill juga mengajarkan siswa untuk memilah hal positif dan negatif.
Keteladanan
Pemberian contoh para pemimpin terhadap rakyatnya,
badan hukum terhadap rakyatnya, guru terhadap muridnya, serta orang tua kepada
anaknya akan merealisasikan tindakan pengendalian. Rakyat, murid, dan anak
otomatis akan meniru perilaku pemimpinnya. Perilaku keteladanan ini
penting sebab menumbuhkan sikap
kepercayaan pada pemimpin. Anak muda juga, apabila pemimpin negeri ini
memberikan keteladanan yang baik maka mereka akan mencontoh pemimpinnya. Sebaliknya,
pejabat-pejabat dan tokoh publik apabila melakukan tindakan negatif akan
berimbas dibawahnya. Tokoh-tokoh yang justru mengonsumsi narkoba, clubbing di bar-bar malam untuk
memuaskan hasratnya tidak akan memperoleh kepercayaan di mata masyarakat.
Berakibat acuh tak acuh dan apatis.
Anak muda akan memikul tanggung
jawab negeri ini di masa sekarang dan masa depan. Mereka yang akan
menyelesaikan berbagai ‘PR’ bangsa ini. Penyakit lama pergaulan bebas dan
narkoba yang disalahkaprahkan dengan
budaya hendaknya dihapus. Mereka
bukanlah budaya yang harus dilestarikan melainkan penyakit yang harus
dibasmi tak bersisa. Pemuda bangsa ini harus memiliki jiwa yang kooperatif dan
selektif. Mampu menghadirkan yang terbaik untuk bangsanya. Tindakan-tindakan
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pergaulan bebas dan narkoba
dilakukan dengan pendekatan persuasif
yaitu mengajak pemuda untuk memerangi kedua hal tersebut. Mereka harus tahu
dampak negatif dari hal tersebut. Sedangkan anak muda yang sudah terlibat
jangan diberikan sanksi sosial tetapi diajak ikut untuk berpartisipasi dalam
pencegahannya untuk lebih lanjut. Peran orang terdekat, pendidikan sekolah
maupun karakter, penumbuhan jiwa keteladanan, dan penanaman perilaku moralis
dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Menjadikan pemuda bangsa yang
moralis membutuhkan partisipasi darri semua pihak. Berangkat dari itu, kesadaran anak muda untuk
bersikap anti pergaulan bebas dan anti narkoba dimulai dari diri sendiri
kemudian didukung oleh lingkungan di
sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar