Cerpen

|


Gemerlap Bintang
But I can’t stop falling in love with... eh iya halo? Cowok bermata sipit itu mulai menggerakkan bibirnya. “Iya iya ntar siang bakal aku ke rumah mu deh.” Kemudian dia mengucek matanya yang kecil “Iya santai dikit kenapa sih?” Dia kemudian menarik selimutnya kembali. “Uh si killer pagi-pagi udah neror orang.... Matanya kembali terpejam. Di kamarnya terdapat sebuah studio kecil hadiah dari kakeknya yang kebetulan sang legendaris pemusik Indonesia. Studio itu awalnya di desain sangat simple tetapi karena banyak temannya yang bermain di situ, keadaannya makin tidak karuan. Stick drum tergeletak di sembarang tempat. Gitarnya melayang di bawah kolong tidurnya. Kabel bassnya masih menancap.
Ponselnya berbunyi lagi. “Siapa lagi sih ini”. Dia menggerutu. Tidurnya benar-benar terganggu. Bahkan hampir tidak tidur, hanya merebahkan badan. Bunyi ponsel yang kedua membuatnya tidak bergairah untuk tidur lagi. “Halo? Halo?” Tak ada yang menjawab. Benar-benar menyebalkan. Dia melihat nomor yang menelponnya tadi.  Nomernya bukan kode Indonesia. Belum sempat ia berpikir kode negara mana nomer itu, pintunya terketuk.  “Ongii, ada yang mencari kamu”. Suara perempuan itu lagi, Sesya, anak dari tantenya yang sebulan ini domisili sementara di Indonesia. Tantenya menikah dengan orang China dan menetap di sana. Seysa, gadis 18 tahun itu sengaja datang jauh-jauh dari China untuk mengunjungi kakeknya di Yogya, menghabiskan liburan musim panasnya. “ Siapa yang nyari?” tanya Ongii sambil membuka pintu kamarnya. “Aku tidak tahu, temui saja di luar” jawab Sesya.  Ongii, begitu sapaan akrabnya. Wajahnya memang mirip orang China, tetapi dia sebenarnya keturunan Thailand- keluarga ibunya dan Yogya-asal daerah ayahnya. Kebetulan saat itu, ayahnya pergi ke Thailand untuk mengejar S-1 nya. Kemudian ayahnya tinggal di apartement tak jauh dari Kota Bangkok. Ayahnya sering ke rumah dosennya untuk konsultasi. Di sana dia sering bertemu dengan anak dosennya. Lama kelamaan, ayahnya jatuh cinta sama anak dosen itu.
Ongii masih sibuk mengobrak abrik bajunya. Dia terlalu cuek dengan orang-orang sekitar. Bahkan ia masih sempat mandi di saat ada orang di luar yang menunggunya.  “ Ongii, kamu gimana sih! Tuh orangnya udah nunggu di luar lama kasian”. Suara Sesya memasuki kamar. “ Iya sebentar tinggal  pake baju”. Gerutu Ongii. “Nona nggak sabaraaaan” ejek Ongii  kepada Sesya keluar kamar.
“Hei bro, kamu  ngapain pagi-pagi ke sini? Udah matching gitu. Mau kemana ?”
“Anu mas ini saya diutus eee ini ada titipan surat dari rama saya”. Si Yobi tersendat sendat bicaranya. Kata orang dia agak culun karena dari kecil dia sangat patuh terhadap ramanya (ayah). Ketika ayahnya melarang dia bermain pasti dia patuh. Hasilnya, dia tak pernah nongkrong seperti remaja seusianya.
“Surat? Oh, ya udah bilangin makasih ke ayah eh rama mu ya”. Ongii tersenyum
“Tap...tapi, itu surat buat ayahmunya, bbbukan buat  kamu.” Lanjut Yobi
“ Kok buat ayahku .  Kenapa enggak kamu kasih langsung? Ya ampun Yob”
“ Tadi rama saya pesen dikasihin kamu biar kamu tahu, terus disampaikan ke ayahmu”
“Yah, makasih ya Yobs”.
“ Satu lagi mas...”
“Apa lagi sih?” Toleh Ongii saat dia mau masuk rumah.
“Jangan dibuka sebelum ayahmu yang buka ya, Mas!”
“Iya Yob, aku bakal ikutin perintahmu  seperti apa yang diperintahin rama mu deh”. Ongii meyakinkan.
“Ya sudah Mas, makasih. Nuwun”
Ongii tersenyum.
Ongii kemudian ingat sesuatu. Hari ini dia janji ke rumah Leony untuk mengembalikkan kasetnya yang dia pinjem dua minggu yang lalu. Leony sebenarnya sudah Ongii kenal sejak kecil. Bisa dibilang mereka sangat akrab. Mereka bersahabat baik. Sebelum matahari tepat di atas rumahnya, Ongii segera berjalan menuju halte yang tidak jauh dari rumahnya. Halte itu penuh sesak karena hari itu lagi masa liburan. Anak-anak kecil banyak sekali berdesakan memasuki halte untuk membeli karcis.
Matahari mulai redup. Ongii menunggu bus di halte untuk pulang. Leony duduk menemaninya. Sebenarnya mereka tiga bersahabat. Ayla, Leony dan Ongii berteman sejak mereka duduk di bangku SD. Namun, Ongii lebih dulu kenal dengan Ayla, karena pada waktu itu, Ongii lupa membawa bekal, dia kemudian duduk memojok di halaman sekolah karena malu diejek temannya tak membawa bekal. Ayla mendekatinya dan menawarkan roti sosis padanya. Sekarang, Ayla pindah ke Singapura sejak kelas 3 SMP mengikuti pekerjaan ayahnya yang melalang buana. Sejak itu Ayla tidak pernah memberi kabar.
Ongii sampai rumah pada saat menjelang malam. Belum sampai depan gerbang, hujan mengguyur deras. Ini tidak hanya membuat jaket abu-abu pemberian Ayla saat ia akan pergi ke Singapura basah, tetapi sekujur tubuhnya benar-benar kuyup. Jaket itu berwarna abu-abu kusam. Tak menarik dipandang sekilas. Tetapi bermakna berbeda dan itu adalah salah satu pemberian manis darinya. Ilusi itu hanya akan menganggu persahabatan ketiganya. Namun tak bisa memungkiri atau mengikatnya agar tidak menyebar. Bahaya lagi, rasa tersiksa lebih sakit ia rasakan saat apa yang seharusnya di dekatnya pergi. Sesuatu yang pergi itu masih terasa membekas lebih dari apa yang ia dapatkan dari persahabatan. Rasa malu, canggung, dan takut. Itu yang ia takutkan apabila kejujuran dilakukan. Tak berani atau memang belum saatnya untuk mengatakan.  Satu lagi, sebuah lagu yang Ongii buat bersamanya. Nada-nada dan lirik tak bisa diartikan begitu saja. Alunan lagu, menggetarkan. Disengaja atau tidak. Keduanya saling menyadari atau tidak, mereka bersama-sama menata not-not dengan rapi. Sebuah perpisahan yang mendadak dan alasan yang logis mengharuskan Ongii senyum kecut. Menerima kenyataan bahwa sahabatnya meninggalkan Indonesia.
“Jadi, benar-benar mau pergi?” tanya Ongii
“Jauh atau dekat itu sama aja asal kamu percaya.” jawabnya.
“Aku percaya.” Jawab Ongii
Sebuah kata itu, Ongii belum bisa mencerna. Dia hanya baru bisa menebak-nebak.
***
            Laki-laki berkacamata itu berbicara padanya.
            “ Aku sudah baca surat itu”
            “Apa isinya, Yah?”
            “Pemberitahuan dari sekolah...band mu yang mewakili sekolah masuk 10 besar. Selanjutnya ikut kompetisi lagi di Singapura. ”
            “Apaaaa? Lalu, ayah mengizinkan  Ongii?” wajahnya penuh harapan
            “Ayah tak pernah liat bakatmu yang ini.”
            “Jadi, ayah mengizinkan kan?”
            “Asal kamu bisa memanfaatkan dengan baik”.
            “Aaaah, makasih yah.” Ongii tak bisa menutupi kebahagiaannya.
            “Tapi.” Sela ayahnya
            “Darimana kamu membuat lagu sebagus itu?”
            “Ayah sudah mendengarnya?” Ongii senyum nyengir
            “Sering diputar di radio.”  jawab ayah menggantung.
            “Kamu sedang jatuh cin...”
            “Sudah, Yah. Aku demam. Aku mau istirahat dulu. “ jawabnya
Kata-kata yang terakhir dari ayahnya memang berbahaya. Bahaya kalau dia mengetahui memang itu yang sedang terjadi. Ongii malam ini akan bermimpi berdiri di atas bintang kemudian, cewek itu akan berada di bawahnya dan meminta dia turun. Ongii tidak akan turun sebelum dia menerimanya.
            Pagi buta Ongii sengaja datang ke rumah Leony untuk memberi kejutan. Pagi ini dia akan mengageti Leony yang mungkin masih menikmati mimpinya. Kemudian dia akan menceritakan panjang lebar soal bandnya yang akan ke Singapura. Ongii akan mengajak Leony ke sana dan mereka akan bertemu Ayla. Ongii berjalan memasuki kamar Leony. Karena mereka sudah kenal sejak lama, ibunya Leony pun tak sungkan ketika Ongii datang ke rumahnya pagi-pagi.  Kamar Leony benar-benar bersih. Barang-barangnya tertata rapi. Benda-bendanya terletak pada tempatnya. Leony masih terpekur dibalik selimutnya. Laptopnya masih menyala. Ongii mendekatinya. Tiba-tiba ia tertarik dengan laptopnya. Tujuannya segera melenceng sedikit. Dia akan membajak akun facebook nya dulu. Sisa chat dan pesan tadi malam masih terliht di layar. Leony juga sempat ngobrol lewat e-mail dengan nama yang tak asing bagi mereka, Ayla. Terkejutnya lagi, dalam obrolan mereka, Leony berkata bahwa Ongii sudah bahagia sekarang. Setelah menjadi anak band, dia menjadi terkenal dan banyak fans. Dia sudah berubah dari dulu  yang pendiam. Tapi, ada satu yang mengiris hatinya
From: Ayla_sinaya@yahoo.com
Leony, selamat ya. Aku yakin kamu sama Ongii akan menjadi pasangan yang terbaik. Persahabatan tak harus selamanya monoton. Dibalut dengan percintaan akan lebih seru. Aku bahagia mendengar ceritamu kemarin. Tentang perilaku Ongii yang katanya mulai suka sama kamu. Oh ya,  dia akan ke Singapura untuk konser? Tentu saja aku akan melihatmu naik ke panggung nanti untuk memberinya bunga. Kemudian semua akan tahu bahwa kamu adalah pacarnya. Tak ada jalan lain kecuali Ongii akan menyatakan cintanya kepadamu di saat yang sangat tepat. J
Ongii tidak hanya terkejut membaca pesan itu. Tubuhnya seperti kehilangan keseimbangan. Mendidih. Keringatnya mengucur. Jadi selama ini, Leony menceritakan hal yang sebenarnya tidak terjadi bahkan Ongii sama sekali tidak merasakan dan mengalami hal itu. Dia kemudian pergi. Tujuannya ke rumah Leony tak ia pedulikan.
***
            Hari ini, Ayla mampir di Yogyakarta. Dia kangen sama Leony tapi bukan dengan Ongii.
            “Jadi ini kan yang kamu inginkan.” tiba-tiba Ongii datang di hadapan Leony dan Ayla yang sedang ngobrol.
            “Ongii...senang bertemu denganmu. ” sapa Ayla.
            “Leony... kenapa kamu diam? Apa kamu pikir setelah ini aku akan nyatakan perasaanku? Apa yang udah kamu katakan sama Ayla? Jadi  ini yang namanya sahabat?
            “Ongii, cukup. Kamu tak perlu berbicara begitu.” Sela Ayla.
            “Ongii aku...aku.” jawab Leony tersendat.
            “Nggak perlu njelasin aku udah tahu kok. Semua udah jelas. Kamu membicarakan semua tentangku pada Ayla.  Termasuk perasaanku pada mu yang sebenarnya kau buat-buat itu, ”jawab Ongii ketus.  “Satu lagi, tak pernah ada perasaan diatara kita. Aku dan kamu hanyalah sahabat.”
            “Bisakah kamu hargai perasaan orang?” bela Ayla
            “Memang kamu bisa menghargai perasaan ku ?” tatap Ongii pada Ayla
Daun yang bergesekan pun kian terdengar. Angin berhembus tapi sunyi. Ketiga pasang bola mata saling terdiam. Merasakan yang lebih dalam.
            “Kalau saat itu kamu bilang percaya, saat itu juga aku percaya padamu!” suara Ayla memecah keheningan.
Ongii merasa dingin. Mengingat sesuatu yang pernah dia dan Ayla katakan. Kata-kata yang abstrak itu. Ongii belum sempat mencernanya secara sempurna. Tapi ada semilir ketenangan yang dia rasakan.
***
            Seusai konser, Ongii dan teman-teman bandnya segera menuju backstage untuk beristirahat. Konser mereka sangat maksimal malam ini. Ongii berjalan keluar menemui Ayla.
            “Makasih sudah melihatku konser tadi.”  tatap Ongii penuh senyuman.
            “Seharusnya kamu tadi mengenalkan siapa pencipta lagu itu. Kan itu lagu yang buat kita. Kenapa cuma kamu yang disebut.” protes Ayla.
            “Aku tidak berpikir begitu. Seharusnya tadi aku mengenalkanmu sebagai pacarku. Hahaha.” gelak Ongii
            “Kamu masih ingat ada seseorang bernomor asing menelponmu pagi-pagi?” tanya Ayla
            “Iya, aku ingat. Sangat menganggu.”
            “Itu aku yang pagi itu mau ngucapin selamat atas band mu ini. Tapi , kamu malah marah-marah. Ya aku nggak jadi.” Ayla memanyunkan bibir.
Bintang-bintang menyanyikan Can’t Falling In Love with You untuk kedua pasang mata itu.

0 komentar:

Posting Komentar