Opini

|


Perempuan dan Kebebasan

Sebuah kata bernama kebebasan yang menguasai bumi Indonesia, setelah demokrasi ditegakkan. Kebebasan seakan-akan membukakan palang dari kebelengguan, penindasan, dan ketimpangan. Kebebasan pada awalya di elu-elukan yang kelak membuat atmosfer masyarakat memulih. Tanggal 21 April sebagai peringatan Hari Kartini, pahlawan wanita dari Jepara telah mengunggulkan  derajat  wanita agar bisa setara dengan kaum laki-laki. Namun, sekarang emansipasi dijadikan alasan wanita untuk meraih kebebasan. Paradoks memang, semakin banyak wanita karier sebagai tanda suksesnya sebuah emansipasi ternyata melahirkan wanita-wanita yang bebas, lepas dari tugasnya. Berkedok emansipasi mereka memperoleh kebebasan. Bahkan lupa akan tugasnya mendidik anak.
                Kebebasan kini tidak menjadi hal yang luar biasa. Kebebasan yang dimanfaatkan berlebihan akan membawa dampak laten. Wanita karier memang diakui akan menambah penghasilan keluarga. Tetapi, mereka yang terlalu sibuk terhadap pekerjaanya sehingga pendidikan anak terbengkelai. Mau jadi apa anak bangsa ini? Ini bahaya yang tidak disadari di tengah masyarakat kita.
                Rasa tanggung jawab terhadap tugas seseorang sangat diperlukan untuk mengerem kebebasan yang diberikan. Menjadi wanita karier juga harus ingat terhadap kewajibannya dalam keluarga. Jangan sampai emansipasi dan kebebasan yang berasal dari awal yang baik justru akan menyimpang. Esensi sebuah kebebasan diartikan sebagai kebebasan yang benar-benar memiliki kesempatan dan memanfaatkannya sebaik mungkin dengan tidak melupakan tugas yang lain, yaitu bertanggung jawab dan konsisten. Intinya kebebasan akan berjalan dengan baik apabila dikendalikan oleh rasa tanggung jawab.   

0 komentar:

Posting Komentar